POLA ALIH TUTUR DAN UNSUR-UNSUR
WACANA PERCAKAPAN
A. Pengertian
Pola Alih Tutur
Alih tutur (turn
taking) dalam suatu peertukaran dalam percakapan sangat penting. Terjadinya
peralihan tutur merupakan syarat percakapan yang penting (Howe, 1983), karena peralihan
tutur itu akan menimbulkan pergantian peran peserta dalam percakapan. Dalam
percakapan yang baik, selalu terjadi pergantian peran, yaitu peran pembicara
dan pendengar. Peraliahn tutur itu terjadi secara alami menurut suatu norma
yang telah di sepakatinya. Dalam pola alih tutur juga terdapat pembatasan yang
ketat, misalnya waktu dibatasi tiga menit.
Alih tutur yang terjadi dalam percakapan ditentukan
oleh kemauan dan tanggung jawab para peserta percakapan untuk mengembangkan
percakapan. Sebuah percakapan yang berhasil biasanya ditandai dengan tidak
adanya kesenyapan panjang dalam pergantian peran pembicara-pendengar.
Kesenyapan dalam percakapan sering dijumpai dalam jenyataan sehari-hari, tetapi
kesenyapan itu tidak berlangsung lama.
B. Unsur-Unsur
Wacana Percakapan
Wacana percakapan adalah interaksi lisan bersemuka
antara dua partisipan atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut
Richard (1995: 3), percakapan bukan sekedar pertukaraan informasi dalam
interaksi bersemuka.
Keteraturan dan kestabilan suatu percakapan
merupakan asumsi dasar analisi percakapan. Bahkan, ketika suatu percakapan
secara lahiriah tampak acak-acakan, sebenarnya ada pengoranisasian yang
mendasari semua percakapan; dan para partisipan sendiri yang menciptakan,
mengorganisasikan, dan berusaha melaksanakannya di dalam proses percakapan.
Ada berbagai unsur-unsur wacana dalam percakapan,
yaitu giliran tutur, pasangan perdekatan, saluran belakang, interupsi, dan hak berbicara. Berikut
penjelasan yang lebih jelasnya.
1.
Giliran
tutur
Giliran
tutur merupakan dasar pengorganisasian bentuk percakapan. Yule (1998: 72)
menganggap bahwa giliran tutur merupakan sebuah bentuk tindakan social. Giliran
tutur beroperasi sesuai dengan sistem pengetahuan perhentian dalam rangkain
percakapan yang secara konvensional diketahui oleh anggota kelompok social. System pengetahuan tersebut
secara esensial merupakan seperangkat konvensi penganbilan giliran bertutur.
Giliran
tutur menggambarkan keteraturan proses percakapan. Wujud keteraturan itu secara
mudah dapat dilihat dari rangkaian tidak tutur yang direpresentasikan menjadi
pasangan berdekatan. Schegloff (dalam Edmonson, 1981: 46; Duranti, 2000: 250)
menyebutkan cirri-ciri pasangan berdekatan sebagai berikut: (a) pasangan
berdekatan terdiri atas dua tuturan; (b) pasangan berdekatan memiliki komponen
tuturan yang posisinya berdekatan; (c) masing-masing tuturan diproduksi oleh
penutur yang berbeda; (d) bagian-bagian
pasangan berdekatan relative urut ; dan (e) pasangan berdekatan memiliki hubungan-hubungan
diskriminasi.
Untuk
menentukan giliran bicara, pembicara dapat memilih pembicara berikutnya dengan
menggunakan pasangan ujaran terdekat (adjacency
pair).
2.
Pasangan
berdekatan
Pasangan
ujaran terdekat merupakan salah satu pola alih tutur pasangan ujaran terdekat
merupakan cara untuk menentukan penutur berikutnya. Dalam proses percakapan
pasangan berdekatan itu memberikan kerangka untuk melakukan interpretasi. Pola
peralihan tutur yang menggunakan pasangan ujaran terdekat itu banyak digunakan
oleh pada peserta percakapan. Menurut Cook (1989: 53-57), pasangan ujaran
terdekat itu terjadi apabila ujaran seseorang dapat membuat atau memunculkan
suatu ujaran lain sebagai tanggapan.
Ujaran
tanggapan mempunyai beberapa kemungkinan tafsiran, misalnya sebuah pujian
mungkin akan ditanggapi dengan berbagai kemungkinan seperti penerimaan,
persetujuan, pergeseran, pembalikan seperti contoh di bawah ini.
Memet:
Baju kamu bagus sekali! (pujian)
Kemungkinan
tanggapannya
Nazi:
Terima kasih. (penerimaan)
Nazi:
Ya, memang ini bagus. (persetujuan)
Nazi:
Ah, jangan begitu. Ini kan baju bekas. (penolakan)
Nazi:
Pacar saya yang membelikan ini. (penggesaran)
Nazi:
Terima kasih. Saya juga senang model bajumu (pengembalian)
Contoh
di atas tampak jelas bahwa ujaran tanggapan itu bukan hanya ada dua macam
kemungkinan. Richard dan Schmidt (1983: 127-130) mendeskripsikan beberapa
kemungkinan pasangan ujaran tersebut. Di bawah ini dicontohkan beberapa
kemungkinan pasangan ujaran terdekat.
1. Salam
diikuti salam
Contoh:
Nazi:
Assalamualaikum.
Kifli:
Wa ‘alaikum salam.
2. Panggil
diikuti jawab
Contoh:
Nazi:
Ucup!
Ucup:
Ada apa?
3. Tanya
diikuti jawab
Contoh:
Ariel:
Apa kamu punya pacar?
Nazi:
Punya.
4. Salam
pisah diikuti salam jalan
Contoh:
Nazi:
Selamat berpisah!
Memet:
Selamat jalan!
5. Menuduh
diikuti (a) mengakui, (b) mengingkari, (c) membenarkan, (d) memaafkan diri, (e)
menantang
Contoh:
Memet:
Kau makan kueku di meja, ya!
Nazi:
Ya, maafkan ya. (mengakui)
Nazi:
Tidak. (mengingkari)
Nazi:
Saya sangat lapar. Hanya sepotong kok. (membenarkan)
Nazi:
Seharusnya tidak kau taruh di situ. (memaafkan
diri)
Nazi:
Ya, kau mau apa? (menantang)
6. Menawari
diikuti (a) menerima, (b) menolak
Contoh:
Nazi:
Mau ini?
Ucup:
Ya. (Menerima)
Ucup:
Terima kasih. Aku baru saja. (Menolak)
7. Memohon
diikuti (a) mengabulkan, (b) menangguhkam, (c) menolak, (d) menantang
Contoh
Nazi:
Dapatkah kau membantuku?
Ariel:
Pasti. (mengabulkan)
Ariel:
Dapat, tapi aku ke kampus dulu. (menangguhkan)
Ariel:
Nggak! (menolak)
Ariel:
Mengapa selalu aku? (menantang)
8. Pujian
diikuti (a) menerima, (b) menyetujui, (c) menolak, (d) menggeser, (e)
mengembalikan.
Contoh:
Memet:
Baju kamu bagus sekali! (pujian)
Kemungkinan
tanggapannya
Nazi:
Terima kasih. (penerimaan)
Nazi:
Ya, memang ini bagus. (persetujuan)
Nazi:
Ah, jangan begitu. Ini kan baju bekas. (penolakan)
Nazi:
Pacar saya yang membelikan ini. (penggesaran)
Nazi:
Terima kasih. Saya juga senang model bajumu (pengembalian)
3.
Saluran
Belakang
4.
Interupsi
Interupsi
merupakan bentuk pelanggaran kaidah giliran tutur. Interupsi terjadi ketika T
mulai bertutur, padahal P masih belum selesai bertutur. Oleh karena itu,
menurut Coates (1991:99), interupsi merusak kesetaraan model percakapan karena
penginterupsi menghalangi P dari penyelesaian tuturan mereka dan pada saat yang
sama T memenangkan sebuah giliran untuk dirinya sendiri.
Contohnya
Nazi berkata kepada teman-temannya untuk mengajak makan di kantin, tetapi belum
selesai Nazi menyelesaikan bicaranya, Memet juga berkata, untuk mengajak
teman-teman ke perpustakaan.
5.
Hak
Berbicara
Pada
hakikatnya berbicara adalah mengungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam
bentuk bunyi-bunyi bahasa. Dikatakan bahwa kemampuan dasar berbicara merupakan
factor yang sangat berpengaruh terhadap kemahiran seseorang dalam penyampaian
informasi secara lisan (Nuraeni, 1992:1). Dalam pola alih tutur pada wacana,
hak berbicara yang dimaksud adalah memberikan kesempatan untuk berbicara.
Contohnya:
Dalam
sebuah forum di kelas.
Ariel : pak, saya kurang mengerti.
Dapatkah bapak menjelaskan kembali penjelasannya?
Pak Memet: Baiklah.
Tolong dengarkan dengan baik penjelasan saya ya!
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin,
Bustanul & Abdul Rani. 2000. Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Jakarta: Pembinaan
Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat.
Jumadi. 2010. Wacana. Yogyakarta:
Pustaka Prisma.
Catatan: Kepada teman-teman. Mohon maaf atas keterlambatan pengiriman bahan. Silahkan mengirimkannya. Pertanyaan terakhir paling lambat di kirim pada hari rabu, pukul 16.00 WITA.
^_^
kepada teman-teman kalau ada tambahan silahkan. karena kami masih kekurangan bahan. terutama masalah saluran belakang. mohon maaf atas kekurangan kami..
BalasHapusnama:agustina tuti yuliana
BalasHapusnim:A1B110019
sebelumnya kalian menyebutkan Dalam pola alih tutur juga terdapat pembatasan yang ketat, misalnya waktu dibatasi tiga menit. mengapa demikian tolong kepada teman-teman jelaskan secara sederhana
Terima kasih.........
terima kasih kepada Tika yang sudah membantu dan menanggapi pertanyaan dari Agus.
Hapusmenurut kami, pembatasan waktu yang tiga menit itu dalam pola alih tutur terjadi apabila berada dalam forum-forum diskusi atau pengadilan atau kutbah. karena hal tersebut adalah hal yang sudah disepakati. misal dalam diskusi kelas, moderator yang akan membatasi pembicaraan. tetapi, dalam percakapan alamiah, pembatasan-pembatasan seperti ini tidak pernah dijumpai.
Muklis Dwi Putra
HapusNIM A1B110038
Saya akan menanggapi pertanyaan dari saudara Agustina. Mengapa dalam pola alih tutur ada pembatasan tiga menit. karena dalam sebuah percakapan penutur diberi batasan untuk berbicara maksimal tiga menit agar mitra tutur tidak bosan dengan apa yang dikatakan penutur. sehingga mitra tutur dapat merespon inisiasi dari penutur dengan baik. begitu pula sebaliknya saat mitra tutur memberikan respon, ia juga memiliki batasan tiga menit tersebut.
NAMA: MUSTIKASARI
BalasHapusNIM: A1B110025
saya akan mencoba menanggapi pertanyaan dari saudara Agustina,,
menurut saya tujuan dari pembatasan waktu yang ketat tersebut adalah agar proses percakapan antara penutur dan mitra tutur dapat terjadi secara seimbang atau lancar. Jika salah satu lawan bicara mendominasi pembicaraan melebihi waktu tiga menit, mungkin interaksi dalam percakapan itu akan terhambat, karena lawan pembicara yang satu banyak diam dan hanya menyimak apa yang disampaikan. Itulah sebabnya mengapa pembatasan waktu pola alih tutur itu perlu dilakukan.
Saya rasa hanya itu yang bisa saya tanggapi,,
Terima kasih
Rizky Setiawan
BalasHapusNIM A1B110039
Apa interupsi itu selalu memotong tuturan orang lain?
Apa fungsi interupsi dalam alih tutur?
Maaf jika ada yang salah dengan pertanyaan saya.
Terima kasih.
menurut kami, interupsi itu selalu memotong tuturan orang lain. karena dilihat dari pengertiannya, interupsi merupakan bentuk pelanggaran kaidah giliran tutur. contoh:
Hapussaat seorang dosen memberikan materi, ada beberapa mahasiswa yang asyik mengobrol. setelah itu, dosen tersebut menegurnya dengan menginterupsi pembicaraan mahasiswa tersebut dengan mengatakan, "mahasiswa yang di belakang tolong perhatikan ke depan."
fungsi dari interupsi itu sendiri adalah:
apabila di forum diskusi, ada seorang penutur menuturkan sesuatu yang dibicarakan menyimpang. maka, interupsi itu akan berfungsi untuk memotong pembicaraan yang menyimpang dan berhak membenarkan pembicaraan tersebut.
kembali kasih untuk Rizky yang sudah bertanya.
A.FAZARUDIN RIZKI (A1B110042)
HapusInterupsi pada percakapan memang mengganggu pihak pembicara dengan pendengar. Pada kenyataannya, interupsi juga bisa dikatakan sebagai pemotong pembicaraan seseorang. Jika dikatakan selalu memotong, ya pastilah terjadi di percakapan manapun. Seperti yang disebutkan contoh kelompok mengenai interupsi.
Kalau fungsinya ada. Yaitu sebagai memotong pembicaraan orang, bisa juga sebagai mencegah tindak lanjut pembicaraan yang panjang. Itu menurut tanggapan saya.
terima kasih
Rizky S.
HapusTerima kasih pada teman2 yg telah menanggapi. Dari sini saya tahu bahwa interupsi memiliki dampak positif dan negatif. Positifnya bisa menghalau pembicaraan yang melenceng. Negatifnya apresiasi penutur dalam berbicara bisa terhambat.
di atas sudah dijelaskan menurut Cook bahwa pasangan ujaran terdekat itu terjadi apabila ujaran seseorang dapat membuat atau memunculkan suatu ujaran lain sebagai tanggapan.
BalasHapusapabila suatu ujaran tidak memunculkan ujaran sebagai tanggapan melainkan dengan tindakan atau perbuatan apakah berarti tidak bisa dikatakan sebagai ujaran terdekat? kalau begitu bisa masuk kemana hal tersebut?
tolong dijelaskan, makasih
kami akan mencoba menjawab pertanyaan dari Rina. Apabila suatu ujaran tidak memunculkan ujaran sebagai tanggapan melainkan dengan tindakan atau perbuatan maka hal tersebut tidak bisa dikatakan sebagai ujaran terdekat. Karena seperti yang sudah dijelaskan oleh Cook, bahwa pasangan ujaran terdekat itu harus ada balasan ujaran walau hanya satu kata. menurut kami, pertanyaan dari Rina itu, lebih menjurus kepada interpretasi lokal. karena seperti yang kita ketahui, dari interpretasi lokal itu sendiri adalah menafsirkan perkataan dari penutur tanpa harus membalas ujaran.
Hapuscontoh pasangan ujaran terdekat:
Nazi: Silahkan masuk.
Memet: Terima kasih.
contoh interpretasi lokal:
Ariel: Silahkan masuk.
Avril: (masuk tanpa mengucapkan balasan ujaran).
demikian jawaban dari kami. kembali kasih
Rizky Setiawan (NIM A1B110039)
HapusMenurut saya, ujaran terdekat tetap harus mendapatkan tanggapan. Mengenai konsep ujaran itu sendiri saya tidak tahu apakah harus menggunakan kata-kata. Akan tetapi, untuk tanggapan ada yang berupa isyarat. Contohnya dengan anggukan atau senyuman. Untuk contoh dari kelompok pada saudari Rina, saya kurang sependapat karena itu menurut saya bukan tanggapan. Terima kasih.
Muklis Dwi Putra
HapusNIM A1B110038
Saya setuju dengan pendapat kelompok. karena menurut Cook (1989: 53-57), pasangan ujaran terdekat itu terjadi apabila ujaran seseorang dapat membuat atau memunculkan suatu ujaran lain sebagai tanggapan.
Jadi suatu ujaran yang memunculkan ujaran lain sebagai tanggapan itulah yang disebut pasangan ujaran terdekat.
Kalau tanggapannya bukan berupa ujaran, tidak bisa dikatakan sebagai pasangan ujaran terdekat.
Terimakasih
:P